[One Shot] I Love You (Musing)

Filed under , by karenagatha on 18.37


"Ini adalah kisah tentang seorang ibu..

Beliau adalah salah satu orang yang telah melahirkanku..

Membesarkanku..

Mendidikanku..

Dan tak ada kata lain untuknya, selain "Cinta"..

Selain itu, aku ingin mengucapkan terima kasih banyak..

Atas telah membesarkanku, hingga ku sebesar ini..

Tanpamu, aku pun tak ada.."

Tittle : I Love You

Author : Karen Agatha

Length : One Shot

Rate : General

Created : 23/12/09

Genre : Family, Tragedy

Cast : Cherry Viennico, Lyen Synnson (Cherry and Berry's Mother), Derlan Viennico (Cherry and Berry's Father) Berry Viennico (Cherry's Big Sister)

Disclaimer : I own Cherry, Lyen, Derlan, and other cast. Everything that happens in this story is just fanfiction. If there is equality of names and events, is just a coincidence.


I Love You

Pada tahun 1987, aku telah dilahirkan oleh seorang ibu yang sangat berjasa buatku. Beliau telah berusaha membesarkanku hingga aku besar. Beliau telah menamakan aku Cherry Viennico. Ketika aku berumur 1 tahun, ibuku mengajarkan aku cara berjalan, berlari, berbicara, bahkan juga mengajarkan tentang kehidupan manusia. Saat aku berusia 4 tahun, ibuku berusaha mendorongku untuk bersekolah. Dan ketika jam pulang sekolah tiba, ayahku bersama ibuku menjemputku dengan motor ayahku.Begitu terus sampai aku duduk di bangku SD.

Akhirnya waktu terus berjalan hingga aku duduk pertama kali di bangku SMP.Aku mempunyai teman-teman baru di SMP. Mereka ada yang baik padaku dan ada juga yang jahat padaku. Setiap aku diusil oleh teman kelasku, ibu yang membelaku, menjagaku agar tidak kenapa-kenapa, dan juga memelukku dengan rasa penuh kasih sayang. Hingga akhirnya, aku duduk di bangku SMA. Ayah dan ibu membawaku ke luar negeri untuk bersekolah. Tetapi, ayah ibuku tetap tinggal di negara kelahiranku. Saat berada di bandara, ayah ibuku memberikan dorongan semangat agar aku dapat sekolah di luar negeri.

Akhirnya aku mau pergi bersama kakak perempuanku ke Amerika Serikat. Dan mulai dari sini, aku susah sekali berkomunikasi dengan kedua orang tuaku. Tetapi, orang tuaku selalu mengirimkan aku uang untuk bersekolah, dan juga surat untuk menanyakan kabarku dan kakakku. Hingga akhirnya, aku lulus SMA yang membuat kakakku dan orang tuaku senang. Orang tuaku belum menjengukku dari SMA hingga lulus yang telah membuatku menjadi sedih, orang tuaku pernah berjanji saat aku akan pergi ke Amerika Serikat, untuk datang menjengukku. Tetapi mengapa mereka tidak datang menjengukku. Aku pernah menanyakan kakakku dan jawabannya tidak tahu. Juga aku pernah menanyakan orang tuaku dan jawabannya nanti.

Setelah aku lulus SMA, aku mulai bekerja mencari nafkah, dan mulai dari situ orang tuaku sudah tidak mengirim surat kepadaku. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan mereka, tetapi yang pasti aku akan selalu merindukan mereka. Akhirnya hari Natal sebentar lagi tiba, sebelumnya aku berkeinginan untuk menjenguk orang tuaku di negara kelahiranku bersama kakakku. Pada tanggal 24 Desember, aku pergi ke bandara bersama kakakku untuk datang ke negera kelahiranku. Dan akhirnya, aku dan kakakku sampai di negara kelahiranku. Meskipun, tak ada yang menjemput dan menyambut kedatangan kita berdua, tetapi aku tetap selalu semangat untuk bertemu dengan orang tuaku.

Kemudian, kami langsung pergi ke rumah orang tua mereka dengan naik taksi. Tetapi saat sampai di rumah orang tuaku, aku dan kakakku di sambut dengan tulisan "SELL ON" yang telah menempel di pagar rumahku. Tentu membuat kami terkejut, dan langsung menanyakan kepada tetanggaku. Mereka bilang bahwa orang tuaku, sudah tidak tinggal di rumah itu lagi sejak tiga bulan yang lalu. Aku juga menanyakan kemana mereka perginya. Jawabannya, mungkin tinggal di pantai Tomo. Setelah mendengar kalimat itu, kami langsung segera pergi ke pantai Tomo. Beberapa saat kemudian, sampai juga kami di pantai Tomo. Saat turun dari mobil taksi, aku melihat pemandangan yang luar biasa indah. Pantai itu penuh dengan rumah-rumah yang telah terhias natal.

Lalu kami berdua menanyakan kepada warga-warga yang tinggal di pantai itu. "Permisi, apakah benar disini ada warga yang bernama Derlan Viennico dan Lyen Synnson?" tanyaku kepada salah satu warga pantai itu. Jawabnya adalah benar, kata salah satu warga itu, bahwa mereka tinggal di Tomo Street Block A 15. Lalu aku dan kakakku langsung berterima kasih dan segera menuju rumah orang tuaku. Kemudian akhirnya kami menemukan rumah tersebut, tetapi rumah tersebut sepertinya tampak sepi. Dengan ragu-ragu, aku mengetuk pintu rumah itu.

Tiba-tiba, pintu itu dibukakan oleh seseorang laki-laki yang tampak sudah tua, tangannya bergetar, memakai kacamata, bibir agak bergetar, badan bongkok, dan berusaha bertanya "Cari siapa?". Aku langsung terkejut, melihat orang itu. Aku tak bisa menahan air mataku, aku langsung memeluk orang itu. "Ada apa?" tanya orang itu. Karena aku sangat merindukannya, aku sampai tak bisa berbicara. Lalu, kakakku yang sedang menunggu di luar, melihat aku sedang memeluk seorang. Dia tiba-tiba menghampiri kami dan menanyakan dengan wajah sedikit terkejut "Apakah ini ayah?". Orang itu semakin terkejut, dan langsung berkata dengan terpatah-patah "Ka..mu..?". Aku memeluk orang itu karena dia adalah ayahku. Karena ayahku sudah tua, jadi dia bingung dan lupa siapa kami.

Lalu aku melepaskan pelukanku, dan mengatakan bahwa orang itu adalah ayah kita. Kakakku langsung memeluk ayah, dan tampaknya ayah tahu kalau kakakku dan aku adalah anaknya. Tentu saja kami tidak lupa kepada ibu kami selain ayah kami, dengan semangat aku bertanya "Ayah, mana ibu?". Tiba-tiba, wajah ayah tampak terkejut dan sedih. Dengan wajah penasaran, aku memberanikan diri untuk bertanya "Ada apa, ayah? Kenapa ibu?". Kemudian, ayah mengajak kami berdua untuk masuk ke ruang tamu. Dan mempersilahkan kami duduk, setelah itu ayah mengambil sesuatu di laci meja.

Barang itu adalah sebuah file. Ayah menyerahkan file itu kepada kami dan berkata yang tentu tidak akan aku lupakan "Ibu.. telah meninggal dunia sejak 3 bulan yang lalu karena kanker hati stadium akhir. Dan sebelum dia meninggal, dia menulis sebuah surat untuk buah cintanya dan album foto. Ibu kamu pertamanya belum mengetahui hal ini. Tetapi, karena ibu kamu demam, menggigil, lelah, nyeri pada perut, tidak napsu makan, berat badan menurun dratis. Ayah langsung membawa ibu ke rumah sakit, dan kata dokter tersebut..," sambil keluar air mata karena tak bisa menahan air matanya "Ibu terkena kanker hati stadium akhir, dan dokter itu berkata mengapa dari dulu tidak membawanya ke rumah sakit. Kalau tidak, masih ada kesempatan buat ibu. Maafkan aku, nak. Karena ayah telah gagal melindungi ibumu, dan sekarang ayah tak mau gagal melindungimu juga," ucap ayah yang menangis seperti menyesal.

Setelah mendengar itu, aku langsung mengeluarkan air mata dan tak bisa mengatakan satu kata sekalipun. Dan kakakku juga. Hingga ruangan itu menjadi duka dan hening. Lalu aku membaca surat yang ditulis ibu terakhir kali.

"Anakku tersayang,


Maafkan ibu, nak. Ibu tidak menuliskan surat lagi sejak kamu lulus SMA. Ibu bangga sama kamu karena kamu sudah dewasa. Tetapi, maafkan ibu atas kesalahan ibu. Ibu tahu kamu pasti sedih, karena tidak menjengukmu di Amerika Serikat. Tetapi asal kamu tahu, nak. Kami disini selalu mendoakanmu agar supaya kamu menjadi dewasa, dan selalu rindu padamu. Kami disini tak bisa menjengukmu, karena ibu dan ayah sudah tua, kami sudah agak pikun, jadi kami tak bisa pergi menjengukmu.


Dan untuk kamu Berry, ibu selalu sayang padamu, meskipun ibu agak susah berkomunikasi denganmu. Tolong kamu jagalah adikmu, jika ibu sudah tiada di dunia. Ibu senang kamu telah mau menemani Cherry di Amerika Serikat. Ibu sungguh berterima kasih kepadamu, nak. Ibu tak bisa memperlakukan kamu dan adik kamu dengan baik. Ibu tak bisa menjaga kalian berdua. Ibu sungguh minta maaf, karena telah bersalah. Dan terima kasih untuk segalanya, anakku karena kalian telah membanggakan ayah dan ibumu ini. Dan jika kamu rindu pada ibu, ibu telah memberikan album foto buat kalian. Tolong hati-hati ya, nak. Jaga diri kalian dan tolong jagalah ayah kamu.




Setelah membaca surat itu, aku tak bisa menahan air mata. Dan juga tak bisa berkata apa-apa. Kejadian itu telah berlalu. Hingga tibalah hari Ibu, yang tentu mengingatkan aku kepada ibu. Aku melihat sebuah album foto di laci meja yang berada di ruang tamu, kubukakan album foto. Dan melihat, ibu bersama ayah saat nikah, saat kelahiran kakakku, saat kelahiran aku, dan masih banyak lagi. Yang tentu membuat aku sedih dan terharu. Aku tak bisa menahan tangisan ini, karena ibu selalu menjagaku, membesarkanku, merawatku hingga aku besar. Terima kasih, ibu. Kau memang pahlawan dalam kehidupanku. I Love You, Mom.

The End

Note : Mohon maaf, apabila ada kata-kata salah, atau kurang berkenan bagi para pembaca. Semoga cerita ini dapat menghibur para pembaca. Sekali lagi mohon maaf.

Comments:

Posting Komentar